Punk sebetulnya punya dasar sikap yang sama dengan musik rock 'n' roll
waktu lahir tahun 1955 dulu musik yang menjadi milik pribadi generasi
muda yang memberontak terhadap kemapanan, yang di jamin bakal dijauhin
dan disebelin para orang tua. Waktu rock mulai kehilangan greget dan
dianggap jadi monoton, mulailah ada kasak-kusuk untuk bikin jenis
musik baru yang ekstrim sebagai reaksi melawan kejenuhan tadi. Dari
keresahan itulah aliran punk lahir.
Tidak seperti heavymetal misalnya, punk lebih mengutamakan pelampiasan
energi dan curhat daripada aspek teknis bermain musik. Pokoknya nggak
usah jago-jago amat, pokoknya oke dan yang namanya unek-unek bisa
keluar. Asal tahu aja, almarhum Sid Vicious dari Sex Pistols itu
terkenal nggak bisa main. Tapi orang toh nggak memandang remeh dia.
Malah dianggap cool.
Nah, kelonggaran inilah yang menjadi daya tarik utama bagi para
pemusik aliran ini. Mereka kebanyakan mulai dengan menonton band punk
lain, kemudian mikir ini sih gampang, gue juga bisa. Lantas mereka pun
ngumpul bareng, bikin lagu sendiri, dan berdiri deh satu band baru.
Lantas kalau ternyata ada banyak band sealiran terpusat di satu lokasi
atau kota, timbulllah apa yang disebut scene. Isinya ya orang-orang
yang punya minat dan pandangan yang serupa, yang hobi nonton konser
grup-grup lokal dan mendukung mereka, entah jadi promotor, bikin
majalah (lazimnya disebut fanzine), mendirikan sebuah perusahaan
rekaman kecil-kecilan untuk merilis single atau album grup-grup
tersebut tersebut, atau sekedar rajin ikutan nongkrong. Lazimnya
mereka ini saling kenal satu sama lain, dan yang aktif ya orangnya
itu-itu lagi. Malah nggak jarang beberapa profesi di atas itu
dirangkap oleh satu orang. Tangannya lebih dari dua 'kali !
Nah, sejak lahirnya, gerakan punk merupakan rangkaian scene demi scene
yang bermunculan di berbagai penjuru yang masing-masing memiliki ciri
khas tersendiri. Makanya, sejarah punk lebih enak diulas dengan
membahas beberapa scene yang paling menonjol, satu demi satu.
Sampai tahun 1950-an, jarang ada artis atau grup yang memainkan alat
musik sendiri. Mereka biasanya cuma mengurusi masalah vokal, sedangkan
urusan penulisan lagu dan memainkan instrumen biasanya dipercayakan
kepada para ahlinya. Grup-grup vokal di masa itu praktis menurut saja
pada kemauan perusahaan rekaman mereka.
Lantas pada tahun 1964, terjadi serbuan besar-besaran grup asal
Inggris ke Amerika. Biang keladinya siapa lagi kalo bukan The Beatles.
Melihat trend baru ini, remaja Amrik pun sadar bahwa sebuah grup
sanggup mengerjakan semuanya sendiri.
Maka di berbagai pelosok Amerika, anak-anak sekolah pun mulai
membentuk band dan latihan di garasi rumah mereka sendiri. Karena
mereka baru belajar, musiknya pun nggak bisa yang susah-susah amat.
Mereka cenderung belajar dari grup-grup yang alirannya simple tapi
nge-rock, macam Rolling Stones, The Who sampai Yardbirs, yang musiknya
lebih menitik beratkan pada riff dan power, bukan struktur lagu yang
njelimet.
Maka ketika mereka pada gilirannya mulai menulis lagu sendiri, musik
mereka mempunyai ciri khas sederhana tapi kenceng atau berpower,
biasanya dengan satu riff gitar yang di ulang-ulang. Tapi meski
bentuknya masih primitif, musik yang mereka ciptakan mampu menggugah
semangat pendengar. Sesuai dengan tempat kelahirannya, orang memberi
julukan untuk warna musik ini: Garage Rock (Rock Garasi).
Grup-grup yang lahir contohnya The Standells, The Seeds, The Music
Machine, The Leaves, dll. Dan dari sini lahirlah sound yang
selanjutnya berkembang jadi Punk Rock.
Memasuki dekade 70-an, punk mulai menemukan bentuknya seperti yang
kita kenal sekarang. Ciri pemberontakannya makin kentara, dan segala
rupa aksi panggung yang ugal-ugalan pun mulai muncul. Dari generasi
pelopor punk ini ada dua nama yang boleh disebut paling menonjol yaitu
MC 5 dan Iggy and The Stooges.
Iggy adalah salah satu dari segelintir pentolan punk yang kiprahnya
masih berlanjut sampai dasawarsa 90-an. Dan seiring dengan lahirnya
generasi baru punk rock, namanya pun makin diakui sebagai salah satu
tokoh paling berpengaruh dalam musik rock pada umumnya, punk
khususnya.
Tahun 1975 lahirlah beberapa grup musik baru seperti Blondie yang
ngepop, Talkin Heads yang Avant Garde, The Voidoids yang berkutat
dengan gitar, dan The Dead Boys yang nyeleneh. Dan ada The Ramones.
Ramones punya citra seperti tokoh kartun. Empat anak jalanan asal
Queens yang tampil gahar dengan dengan jaket kulit dan jeans belel,
seperti geng. Gerombolan ini pancang mitos bahwa mereka satu keluarga.
Pada tanggal 4 Juli 1976, Ramones mengadakan konser perdananya di
Inggris. Entah itu tanggal keramat atau apa, konser mereka
meninggalkan bekas yang dalam dalam diri kaum muda Inggris yang
menyaksikannya. Konser itu disaksikan oleh para pentolan grup yang
belakangan memotori kebangkitan punk di Inggris. Yaitu The Sex
Pistols, The Damned, dan The Clash.
Sex Pistols dan The Clash memasukkan aspek baru dalam perkembangan
punk, yaitu protes sosial dan politik. Kedua grup ini menjadi
penyambung lidah kaum muda Inggris yang frustasi. Mulailah mereka
menyuarakan protes terhadap segala ketidakadilan yang mereka lihat
sehari-hari. Cuma saja pendekatan mereka berbeda, sesuai latar
belakang kehidupan masing-masing.
Di tahun 1980-an, sementara era punk di Inggris datang dan pergi,
dampaknya mulai terasa di berbagai penjuru dunia. Banyak negara yang
menjawab tantangan Inggris dengan mencetak grup-grup punk yang
belakangan juga menjadi legenda setempat. Irlandia, misalnya punya The
Understones. Australia ada The Saints. Dan Selandia Baru muncul nama
The Clean.
Di Amerika gelombang terbaru pemusik punk AS bukan berasal dari New
York, melainkan California. Generasi ini mendapat pengaruh yang sama
besar dari The Ramones dan Sex Pistols. Tapi agak lain dengan ke dua
mentornya itu, mereka sangat serius menghayati prinsip-prinsip dasar
punk. Bagi mereka punk bukan sekedar aliran musik, melainkan juga
identitas, gaya hidup, bahkan juga gaya hidup bahkan prinsip.
Di selatan LA, tepatnya di Hermosa Beach, sebuah kelompok punk metal
baru bernama Black Flag bela-belain nyewa gereja sebagai tempat
latihan mereka. Tempat ini selanjutnya menjadi pusat kegiatan pecinta
punk setempat. Grup-grup yang lahir disini lebih berhaluan keras
daripada yang di Hollywood. Penampilan lebih brutal, dan liriknya
lebih radikal. Disini lahirlah The Circle Jerk, Social Distortion,
Suicidal Tendencies, dll.
Sementara di San Francisco aliran punk lebih berpolitik. Di sini lahir
nama-nama macam The Avengers, The Dils, dan yang paling dominan The
Dead Kennedys. DK melancarkan protes keras terhadap berbagai hal mulai
dari kebijaksanaan pemerintah sampai fasisme. Musik mereka berada di
perbatasan antara punk yang melodius dan hardcore murni.
New York juga melahirkan grup-grup yang belakangan memeperkaya
musiknya dengan unsur lain, seperti Beasty Boys dan Sonic Youth. Dan
ada juga The Misfits, yang mengungsi dari New Jersey.
Pada akhir tahun 1980-an benih kebangkitan generasi kedua mulai
ditanam di LA. Dulu sekali, awal dasawarsa ini, di San Fernando pernah
berdiri sebuah grup band bernama Bad Religion. Kenggulan BR antara
lain karena personilnya rata-rata memang "ngotak". Saking inteleknya,
lagu mereka sering memakai kata-kata yang membuat orang Amerika aja
harus buka kamus.
Bad Religion merupakan band yang memelopori berdirinya generasi baru
grup-grup punk California. Sebut aja macam Dag Nasty, Pennywise, NOFX,
dan belakangan tentu saja Rancid dan Offspring.
Album Offspring Smash pada tahun 1995 mencatat rekor sebagai album
independen paling laris dalam sejarah. Sementara Rancid juga mencatat
angka penjualan yang sangat tinggi.
Punk telah berhasil membuktikan kemandiriannya
sumber : http://www.bluefame.com/index.php?showtopic=12549&pid=128768&mode=threaded&start=
Blog yang menayangkan kilasan-kilasan info yang berkaitan dengan musik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment